Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Masker Elektrik, Lebih Efektif Lindungi Diri dari Polusi Udara?

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

image-gnews
Masker elektrik dianggap lebih efektif dalam melindungi diri dari polusi udara/SehatQ
Masker elektrik dianggap lebih efektif dalam melindungi diri dari polusi udara/SehatQ
Iklan

TEMPO.CO, JakartaMasker menjadi pilihan masyarakat yang cukup populer untuk menangkal partikel mikro jahat yang berterbangan akibat polusi udara. Akibatnya, bentuk masker polusi yang saat ini beredar pun beragam, salah satu tren terbaru adalah masker elektrik. Masker elektrik pada dasarnya memiliki fungsi yang sama dengan masker polusi pada umumnya, yakni menghalangi debu dan kotoran yang berada di udara untuk masuk ke saluran pernapasan Anda.

Hanya saja, masker elektrik memiliki kipas tipis di dalamnya. Kipas ini digerakkan dengan tenaga baterai berdaya 0,4 watt yang bisa diisi ulang dengan waktu charge 4-8 jam. Pada masker, kecepatan kipas ini bisa disesuaikan dengan tiga kecepatan yang bisa difungsikan hanya dengan satu tombol. Masker elektrik sudah banyak dijual di toko online dengan banderol mulai dari 300 ribuan. Namun, apakah masker elektrik benar-benar ampuh untuk menangkal polusi udara?

Dibanding masker polusi nonelektrik pada umumnya, masker elektrik ini memiliki beberapa karakteristik yang khas, misalnya:

1. Mampu menyaring debu halus
Berdasarkan deskripsi pada lapak penjual masker elektrik, masker polusi ini diklaim mampu menyaring Particulate Matter (PM) 2.5 hingga 99 persen. PM merujuk pada ukuran debu di udara yang dalam hal ini berukuran kurang dari 2,5 mikron.

Semakin sering seseorang terpapar debu halus dari PM 2.5 ini, maka semakin rentan ia terkena berbagai penyakit. Masalah kesehatan yang sering diakibatkan oleh PM 2.5 yang masuk ke saluran pernapasan adalah penyakit kardiovaskular, seperti serangan jantung dan stroke, hingga kematian.

2. Kipas angin yang menghilangkan rasa gerah
Sesuai namanya sebagai masker elektrik, spesifikasi khusus pada masker ini ialah adanya kipas angin tipis yang diklaim mampu membuat Anda nyaman. Fungsi ini berbeda dengan masker polusi pada umumnya yang kerap menimbulkan perasaan tercekik, pengap, serta gerah di sekitar area yang ditutupi oleh masker.

3. Ringan, tetapi tahan angin
Meski dilengkapi dengan baterai dan kipas, produsen masker elektrik ini mengklaim produknya tergolong ringan, hanya memiliki berat 50,5 gram. Masker elektrik ini juga disebut tahan angin sehingga cocok digunakan ketika Anda mengendarai sepeda motor atau bersepeda.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

4. Desain yang unik
Struktur tiga dimensi dan penampilan yang kompak membuat Anda terlihat stylish meski sedang memakai masker. Anda pun bisa memakai masker ini mulai dari saat berolahraga hingga bepergian.

Seperti dilansir SehatQ, masker elektrik ini seharusnya efektif menangkal partikel yang berada di udara yang terkena polusi. Pasalnya, mereka mengklaim bisa menyaring partikel debu halus hingga yang berukuran kurang dari 2,5 mikron (PM2.5). Pada dasarnya semua masker polusi yang mampu menyaring debu hingga di atas 95 persen merupakan masker yang bagus. Meskipun demikian, klaim atas keunggulan masker elektrik ini masih perlu dibuktikan secara ilmiah.

Selain itu, terdapat kekeliruan di dalam masyarakat mengenai masker polusi itu sendiri. Masyarakat kerap menganggap semakin canggih spesifikasi masker, semakin mahal harganya, maka semakin efektif masker tersebut dalam menangkal polusi. Padahal, bentuk dan ukuran wajah Anda juga sangat menentukan kesuksesan sebuah masker dalam menyaring debu polusi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Occupational & Environmental Medicine, ukuran dan bentuk wajah serta pergerakan seseorang (termasuk saat berbicara) bisa menyebabkan masker tidak melekat rapat pada wajah sehingga menurunkan fungsi masker polusi hingga 68 persen.

Untuk itu, Anda perlu mempertimbangkan beberapa faktor ketika memilih masker yang baik. Setidaknya, terdapat empat hal yang harus Anda perhatikan, yaitu:

1. Pilih masker yang setidaknya memiliki level N95 (mampu menyaring 95 persen partikel debu di udara).
2. Pastikan masker yang Anda beli sesuai dengan kontur wajah Anda.
3. Pastikan masker tetap bisa membuat Anda bernapas dengan baik, bukan malah membuat pengap atau sesak napas.
4. Pastikan masker bisa menyaring partikel debu halus, misalnya PM2.5.
5. Jika Anda sudah membeli masker elektrik yang tengah nge-trend itu, pastikan masker pas ketika dipakai di wajah Anda. Jika Anda mulai mengeluhkan gejala penyakit pernapasan tertentu meski sudah memakai masker polusi, konsultasikan dengan dokter.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

22 jam lalu

Mahasiswa ITB menggelar aksi menolak skema pembayaran uang kuliah melalui platform pinjaman online di depan gedung Rektorat ITB, Bandung, Senin, 29 Januari 2024. Keluarga Mahasiswa ITB mencatat ada 120 orang mahasiswa yang menunggak Uang Kuliah Tunggal atau UKT dan terancam tidak bisa mengikuti kuliah atau dipaksa cuti kuliah. TEMPO/Prima Mulia
Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.


Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

1 hari lalu

Petugas kesehatan melakukan imunisasi pada balita saat pelayanan imunisasi Rotavirus (RV) di Posyandu Nirwana, Kecamatan Karang Tengah, kota Tangerang, Banten, Selasa, 15 Agustus 2023. Imuniasi yang diberikan pada bayi umur 2-4 bulan tersebut bertujuan untuk mencegah diare berat serta mengatisipasi terjadinya stunting. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.


Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

1 hari lalu

Sebuah mesin bekerja untuk mengurangi polusi dipasang di sekitar area konstruksi saat polusi udara menyelimuti wilayah Beijing, Cina, 18 Desember 2016. REUTERS/Stringer
Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.


6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

2 hari lalu

Ilustrasi Imunisasi. TEMPO/Fully Syafi
6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?


Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

3 hari lalu

Mahasiswa UGM menggelar aksi dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional di Balairung UGM Kamis, 2 Mei 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.


Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

3 hari lalu

Foto aerial kondisi polusi udara di kawasan Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara, Rabu, 13 Desember 2023. Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada Rabu, konsentrasi polutan particulate matter 2.5 (PM2,5) di Jakarta sebesar 41 mikrogram per meter kubik dan berada di kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif karena polusi. ANTARA/Iggoy el Fitra
Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).


Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

3 hari lalu

Kelompok lansia melakukan gerakan senam ringan pada peluncuran Gerakan Senam Sehat (GSS) Lansia di Jakarta, Senin (29/5). (ANTARA/Ahmad Faishal)
Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.


Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

4 hari lalu

Pasien penyakit Minamata bawaan Yuji Kaneko di Oruge-Noa, menyantap makanan di sebuah kelompok perawatan untuk orang-orang cacat di Minamata, Prefektur Kumamoto, Jepang, 13 September 2017. Kaneko lahir di Minamata pada tahun 1955 dan semua dari anggota keluarganya penderita penyakit Minamata. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?


Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

8 hari lalu

Foto aerial kondisi polusi udara di kawasan Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara, Rabu, 13 Desember 2023. Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada Rabu, konsentrasi polutan particulate matter 2.5 (PM2,5) di Jakarta sebesar 41 mikrogram per meter kubik dan berada di kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif karena polusi. ANTARA/Iggoy el Fitra
Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.


Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

9 hari lalu

Jajaran direksi PT Konimex dan PT Indordesa, serta dari Laboratoires Grand Fontaine menggelar konferensi pers peluncuran produk baru FontLife One di Hotel Alila Solo, Jawa Tengah, Jumat, 26 April 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.